6.salju berjatuhan

Selasa, 04 Juni 2013



BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Bahasa Arab adalah bahasa yang digunakan dalam Al Quran dan sebagian besar kitab kitab hukum Islam. Dan bahasa yang akan digunakan kelak di akhirat. Oleh karena itu mempelajari Bahasa Arab merupakan hal yang penting untuk dapat memahami hukum Islam yang memang pada kenyataannya sebagian besar ditulis dengan Bahasa Arab. 
Kosakata dalam Bahasa Arab sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan bahasa bahasa yang lainnya, tapi kosakata  dalam Bahasa Arab memiliki bentuk bentuk yang lebih komplek dan sedikit sulit di fahami terutama bagi pemula. Oleh karena itu penulis berniat untuk mencoba memaparkan tentang salahsatu bentuk kalimat dalam Bahasa Arab, yaitu Jumlah Ismiyah yang terbentuk dari Mubtada dan Khobar.
Mubtada dan Khobar adalah bentuk kalimat yang saling berkaitan satu sama lainnya, sehingga belumlah menjadi kalimat yang sempurna jikalau mubtada belum dilengkapi oleh khobar. Mubtada dan Khobar juga memiliki ketentuan ketentuan yang sudah baku, seperti harus sesuainya antara mubtada dan khobar dalam mufrod, tasniah,jama’nya dan muannats, mudzakkarnya.

Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian mubtada dan khobar ?
2.      Bagaimana pembagian khobar ?

Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian mubtada dan khobar.
2.      Untuk mengetahui pembagian khobar.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Mubtada dan Khobar
Mubtada adalah isim marfu yng bebas dari awamil lafzhiyyah. Atau isim marfu’ yang biasanya terdapat di awal kalimat (Subyek). Mubtada ada 2 macam. Yaitu mubtada isim dzahir dan mubtada isim dhamir.
Khobar adalah sesuatu yang dapat menyempurnakan makna mubtada’ (Predikat).
B.     Pembagian Khobar
Didalam pembagian khabar , Khabar terbagi menjadi 2, yaitu :
1.      Khabar Mufrad
Khabar mufrod adalah khabar yang berupa kata bukan berupa jumlah / kalimat (jumlah ismiyah / jumlah fi’liyah) dan juga bukan berupa sibhu jumlah ( jar majrur dan dzorof ).
Contoh :
فَاطِمَةٌ طَالِبَةٌ = Fatimah seorang murid
عُثْمَانُ اُسْتَاذٌ = Usman seorang guru
Penjelasan :
Kata yang bergaris bawah pada contoh (طَالِبَةٌ),dan (اُسْتَاذٌ) kedudukannya sebagai khabar (predikat) dan bentuknya berupa kata bukan berbentuk jumlah fi’liyah (fi’il +fail), bukan berbentuk jumlah ismiyah (mubtada + khabar) bukan jar majrur ataupun dzorof. jenis khabar pada contoh diatas adalah khabar mufrod.
2.      Khabar Ghair Mufrad
Adalah khabar yang terdiri atas jumlah mubtada dan khobar atau terdiri atas fi’il dan fa’il.
Khabar terdiri dari 4 bagian, yaitu :
a)      Khabar jumlah ismiyah (mubtada khabar)
Khabar jumlah ismiyah adalah khabar yang di susun dari mubtada dan khabar. contoh :
الْكِتَابُ لَوْنُهُ اَبْيَضُ  = (buku itu warnanya putih)
اَحْمَدُ عِلْمُهُ وَاسِعٌ    =   (ahmad ilmunya luas)
Penjelasan :
Khabar jumlah ismiyah adalah khabar yang tersusun dari mubtada dan khabar. Terlebih dahulu perlu kita pahami bahwa kata yang bergaris bawah pada contoh (لَوْنُهُ اَبْيَضُ)  (عِلْمُهُ وَاسِعٌ)tersusun daripada mubtada dan khabar.
(لَوْنُهُ اَبْيَضُ) (warna buku itu putih) kata لوْنُهُ menjadi mubtada dan kata اَبْيَضُ sebagai khabar
عِلْمُهُ وَاسِعٌ (ilmu ahmad itu luas) kata عِلْمُهُ menjadi mubtada dan kata وَاسِعٌ menjadi khabar.
Dari penjelasan di atas bahwa kata yang bergaris bawah pada contoh (لَوْنُهُ اَبْيَضُ), (عِلْمُهُ وَاسِعٌ) adalah termasuk kepada jenis khabar jumlah ismiyah karena tersusun dari pada mubtada dan khabar.
b)      Khabar jumlah fi’iliyah
Khabar jumlah fi’liyah adalah khabar yang disusun dari fi’il dan fail. contoh :
اَحْمَدُ يَكْتُبُ الرِّسَالَةَ  (Ahmad menulis surat)
 حَمِيْدَ يَذْهَبُ اِلَى الْمَدْرَسَة  (hamid pergi ke sekolah
سَعِيْدَةٌ تَقْرَأُ الْقُرْاَنَ  (saidah sedang membaca qur’an)
Penjelasan :
Kata yang bergaris bawah pada contoh (يَكْتُبُ), (يَذْهَبُ), (تَقْرَأُ) adalah khabar berbentuk fi’il dan fa’ilnya adalah isim dhomir. يَذْهَبُ يَكْتُبُ fa’ilnya adalah isim dhamir هُوَ, dan تَقْرَأُ  fa’ilnya adalah isim dhamir هي. Karena khabarnya di buat dari fi’il maka khabar pada contoh di atas adalah khabar jumlah fi’liyah.
c)      Khabar jar majrur
Huruf jar adalah huruf yang menyebabkan kata yang ditempelinya menjadi jar (kasroh). Yang termasuk pada huruf jar adalah
مِنْ، اِلىَ، عَنْ، عَلَى، فِي، رُبَّ، ب،ك
Contoh : kata الله  boleh dibaca  fatah, dhomah, kasroh tapi setelah ditempeli huruf jar maka bacanya wajib kasroh مِنَ اللهِ، بِاللهِ عَلَى اللهِ
Sedangkan majrur adalah kata yang ditempeli huruf jar dan harus dibaca jar (kasroh). Jadi kata مِنَ اللهِ, مِن  adalah huruf dan kata  jar اللهِ  adalah majrur.
Khabar jar majrur adalah khabar yang tersusun dari haraf  jar dan majrur. Contoh:
 الْحَمْدُ للهِ  = (segala puji miliki Allah)
 الكتاَبُ عَلَى الْمَكْتَبِ  = (buku di atas meja)
 النَّظَافَةُ مِنَ الاِيْمَانِ  = (kebersihan sebagian daripada iman)
Dari pemahaman di atas bisa kita pahami bahwa kata yang bergaris bawah pada  للَّــهِ . عَلَى الْمَكْتَبِ . مِنَ الاِيْمَنِ  termasuk kepada khabar jar majrur karena tiga contoh yang digaris bawah tersebut tersusun dari pada huruf jar dan majrur.
d)     Khabar dzorof
Khabar dzorof adalah khabar yang terbuat dari pada dzorof. dzorof adalah kata yang menunjukan pada tempat atau pada waktu. Yang menunjukan pada tempat contoh اَمَامَ  (didepan), فَوْقَ  (diatas) dan وَرَاء (dibelakang). Contoh :
المِصبَاحُ فَوْقَ الْمِنْضَدَة  = (lampu di atas meja)
 السَّبُوْرَةُ أَمَامَ الفَصْلِ  = (papan tulis didepan kelas)
 الْحَدِيْقَةُ وَرَاءَ الْفَصْلِ  = (kebun di belakang kelas)
Penjelasan :
dari pemahaman di atas bisa kita pahami bahwa kata yang bergaris bawah pada contoh فَوْقَ , أَمَامَ  dan وَرَاءَ  termasuk kepada khabar dzorof karena tiga kata tersebut menunjukan pada tempat.










BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Mubtada adalah isim marfu yang terhindar dari amil lafzhi. Atau isim marfu’ yang biasanya terdapat di awal kalimat (Subyek), Sedangkan khabar adalah sesuatu yang dapat menyempurnakan makna mubtada’ (Predikat).
Mubtada ada 2 macam yaitu Mubtada yang zhahir dan mubtada yang dhamir. Dan di dalam pembagian khabar , Khabar terbagi menjadi 2, yaitu Khabar Mufrad dan Khabar Ghair Mufrad. Khabar Ghair Mufrad ada 4 macam, yaitu :
·         Jumlah ismiyah (mubtada khabar)
·         Jumlah fi’liyah (Fi’il Fa’il)
·         Jar majrur
·         Dzharaf

Saran
Kami sangat mengharap kritik dan saran dari semua pihak terlebih kepada Dosen mata kuliah ini. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami sebagai penyusun







DAFTAR PUSTAKA

Araa’ini Muhammad Syamsudin, 2004, Ilmu Nahwu Terjemahan, Bandung, Sinar Baru Algensindo.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar